Social Icons

RESENSI


MENAPAKI  RANAH 3 WARNA

Judul: Ranah 3 Warna
Pengarang: Ahmad Fuadi
Tahun Terbit: 23 Januari 2011
Tempat terbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal: 473 Halaman
Harga Buku: Rp40. 000, 00
Peresensi: Hayundari Nuarinta

Ahmad  Fuadi adalah novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan. Namanya mulai dikenal sejak Negeri 5 Menara, novel pertama dari triloginya terbit pada 2009. , Novel ini masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010, merupakan  jajaran best seller 2009, serta mendapat gelar sebagai buku dan penulis fiksi Terfavorit 2010 Anugerah Pembaca Indonesia.     
Novel keduanya adalah trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna yang terbit 23 Januari 2011. Novel yang kemunculannya amat ditunggu pembaca ini masih menceritakan kelanjutan nasib Alif, seorang santri yang baru saja tamat dari Pondok Madani.

Alif memiliki cita-cita untuk melanjutkan kuliah. Namun teman-temannya, termasuk Randai, sahabat karib Alif sendiri, meremehkan dirinya. Alif yang hanya tamatan pondok dan tidak mempunyai ijazah SMA dianggap tidak mungkin lulus UMPTN. Usaha Alif belajar ekstra membuahkan hasil, ia lulus UMPTN dan diterima di Universitas Padjajaran.           Kehidupan Alif sebagai mahasiswa dimulai dengan susah payah. Keadaan  ekonomi yang pas-pasan megharuskannya berbagi kamar kos dengan Randai yang juga kuliah di Bandung. Sejak saat itulah ia bertemu Raisa, gadis menarik dari kos seberang dan berkenalan dengan Bang Togar, senior di kampus, sekaligus penulis muda terkenal yang kemudian menjadi guru menulis Alif. Kematian ayahnya yang tiba-tiba, kiriman uang saku yang tak juga datang, serta ujian semester yang mengintai membuat Alif tidak tinggal diam. Ia ikut memasarkan songket, bordir, dan tenun  minang milik  keluarga Randai. Tak hanya itu, Alif mengajar les privat dan menjajakan parfum serta produk perawatan rumah. 
Segudang kesibukan membuat Alif terserang tifus, dalam keputusasaanya ia ingat “mantra” man jadda wajada dan man shabara zafira yang diperolehnya dulu di Pondok Madani, artinya “siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses dan siapa yang bersabar akan beruntung”.  Ia pun kembali belajar menulis pada Bang Togar dalam rangka mewujudkan usahanya.
               Keputusan Alif untuk terus menulis rupanya membuahkan hasil, karya pertamanya dimuat oleh koran lokal dengan upah kecil yang Alif dapat. Namun akibat kebiasaan menulis Alif, komputer Randai rusak setelah dipakai olehnya. Merasa tak enak hati, Alif memutuskan untuk pindah kos, ia tak ingin merepotkan Randai lagi. Ia menemukan kos baru dan bisa memiliki komputer sendiri. Walaupun komputer itu bekas Bang Togar dan harus dibayar dengan mencicil.                        Di akhir cerita, Alif yang lolos program pertukaran pemuda antara Indonesia dan Kanada  bertemu kembali dengan beberapa kawan lama dari Pondok Madani saat melintasi Arab. Ia juga mendapat pengalaman belajar bahasa Perancis di Kanada bersama Francois Pepin dan Raisa. Akhirnya, lengkaplah perjalanan Alif menapaki tiga ranah berbeda, tanah airnya sendiri, Arab, dan juga Kanada. 
           Keseluruhan cerita diuraikan dengan sangat menarik. Ranah 3 Warna terinspirasi dari pengalaman pribadi penulisnya. Semua tokoh utama terinspirasi dasi sosok asli, beberapa yang lain adalah gabungan dari karakter yang sebenarnya. Ini menjadi keunggulan tersendiri. Selain itu, novel ini memuat berbagai nilai kehidupan yang dapat menumbuhkan semangat berprestasi bagi siapapun yang membaca.

Tidak ada komentar: