Ikhlaslah Menjadi Tanah
TANAH adalah
komponen utama yang menyelimuti seluruh bagian bumi sebagai pijakan makhluk
hidup di seluruh dunia. Jika kita lihat sebongkah tanah yang lembek jika
terkena terik matahari dan derai tiup angin lama kelamaan akan mengering,
menjadi seperti apa yang menjadi wujudnya ketika ia basah, dan tak akan berubah
bentuk dan wujud kecuali ada sentuhan makhluk di sekitarnya. Sampai kapanpun
tanah akan tetap menjadi tanah dan tak akan berubah menjadi yang lain, kecuali
kehendak dari yang menciptakan tanah.
Jika kita melihat
keramik yang mempunyai nilai estetis keindahan yang tinggi pasti mempunyai
nilai jual yang tinggi pula, dan karena hal tersebut keramik itu dapat laku di
pasaran. Keramik yang baik dan mahal dibentuk karena keuletan dan kerja keras dari
terpaan tangan pengrajin yang membuatnya, dengan sabar dan lembut membentuk
tanah liat yang basah menjadi sebuah keramik yang memiliki nilai estetis yang
‘wah’.
Sebelum menjadi
barang yang ‘wah’, sebagai seorang tanah liat, ia tetap istiqamah untuk menjadi
tanah liat dan tidak pernah mengeluh atau mungkin ingin berubah menjadi
sebatang pohon besar. Walaupun ia dijatuhkan, dilempar, dibanting, atau bahkan
di pisah-pisah dari bagian yang lain oleh si pembuat keramik, tanah tetap tulus
dan ikhlas menerima terpaan dan polesan yang dilakukan oleh sang pengrajin
kepadanya, karena ia tahu bahwa ia akan menjadi barang yang lebih bermanfaat
daripada sebidang tanah yang hanya sebagai injakan dan pijakan kaki manusia dan
makhluk-makhluk di sekitarnya.
Jika (hanya) dari
tangan manusia saja, tanah liat mampu dibuat menjadi barang yang sangat baik
dan indah, Bagaimanakah jika tangan Allah yang menerpa dan memoles tanah itu,
pastilah seburuk buatan Allah adalah sebaik keramik buatan manusia.
Kadang kita mengeluh
atas kehidupan kita sebagai manusia di dunia, entah kenapa setiap penyesalan
selalu datang pada waktu yang telat. Dan kenapa Allah meletakkan penyesalan
selalu pada bingkai akhir dalam setiap peristiwa dan permasalahan, tentunya
setelah kita melakukan sebuah kesalahan, baik sekecil kesalahan maupun sebesar
kesalahan yang pernah kita sebagai manusia perbuat, lantas kita berpikiran
bahwa langkah pencegahan dari Allah kepada manusia tidak ada.
Coba kita manusia
ibaratkan diri kita dengan keramik buatan tangan manusia, jika kita adalah
keramik, maka manusia adalah Tuhan. Sebaik-baik dan seindah tanah liat adalah
yang diolah menjadi barang yang berguna. Jika kita keramik maka kita sebelumnya
adalah tanah, sebongkah tanah yang tak bermanfaat. Ketika manusia dalam membuat
sebongkah tanah liat basah itu, maka manusia akan membentuk kita menjadi
berbagai macam bentuk, ada yang hanya menjadi handycraft biasa, ada yang
menjadi batu bata, dan juga ada yang menjadi sebatang keramik yang indah.
Apa yang dapat kita
pahami dari hal itu, tangan Allah Adalah ‘ujian’ yang ditimpakan pada kita
(manusia yang diciptakan dari tanah), semakin banyak kita ditimpa ujian maka
semakin halus pula pribadi kita untuk menjadi sebuah keramik yang bagus, setiap
ada goresan (keburukan dan dosa) pada keramik yang masih basah, Allah selalu
memolesnya kembali menjadi halus, semakin kita tulus dan ikhlas menerima terpaan
tangan Allah SWT, semakin bagus pula bentuk pribadi kita di dunia, semakin di
butuhkan pula sosok kita dalam pasar kehidupan dunia. Dan jika kita memang
layak menjadi sebuah keramik yang indah, niscaya Allah akan memasang kita
sebagai hiasan di rumah surganya.
Betapa lapang tangan
Allah membuka pintu maaf kepada manusia, bahkan ketika kita sudah melakukan
dosa besar sekali pun, tangan Allah tetap dan selalu akan memoles goresan dosa
kita untuk kembali menjadi tanah yang halus dan indah, sungguh maha pemurah
lagi maha penyayang.
Betapa besar karunia
Allah kepada kita umat manusia jika dipandang dari sudut pandang positif,
tetapi entah kenapa kita selalu dan senantiasa melihat karunia dan nikmat Allah
hanya dari sudut pandang sebelah mata, padahal Allah telah memberikan kita dua
mata agar kita mampu melihat setiap masalah dari berbagai sisi.
Tanah liat yang
basah tidak akan pernah lari dari polesan manusia untuk dijadikan sebuah benda
yang mempunyai kemanfaatan bagi orang di sekitarnya. Terpaan Allah kepada kita
adalah bentuk kasih sayang-Nya kepada manusia, karena Allah ingin menciptakan
hiasan-hiasan yang indah yang akan menghiasi dinding-dinding surga-Nya yang
juga akan ia peruntukkan bagi semua makhluk hidup dunia yang bertakwa
kepada-Nya.
Sumber: http://wafdurrahman.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar